Celoteh Civitas

Kontak

Intermittent Fasting: Tren Diet Kekinian, Sehat atau Sekadar Gaya?

Intermittent fasting (IF) adalah pengaturan pola makan yang melibatkan periode puasa (tidak makan), yaitu menggunakan jeda waktu untuk bisa mengkonsumsi makanan. Umumnya dilakukan dalam waktu 16 jam berpuasa, dan 8 jam untuk mengkonsumsi makanan. Terdapat juga metode 5:2 dimana makan normal selama 5 hari dalam seminggu dan membatasi asupan kalori Anda hanya sekitar 500-600 kalori selama 2 hari non-berurutan.

Adapun metode Eat-Stop-Eat Anda berpuasa selama 24 jam, sekali atau dua kali seminggu. Dilansir dari laman mitrakeluarga.com Intermittent fasting biasanya digunakan sebagai metode yang mudah untuk menurukan berat badan agar ideal karena beberapa keunggulan seperti tidak perlu menyiapkan makanan khusus dengan harga yang mahal, tetap dapat mengkombinasikan menu makanan, serta memotong kadar asupan karbohidrat dan gluten sebesar hingga 65%.

Kepala Klinik Pratama UIRA YLPI Riau dr. Wahyu Purnama Dewi dalam wawancara kepada Tim Humas UIR pada Kamis (09/01/2024) mengatakan trend diet dengan Intermittent Fasting, tubuh seseorang akan mengalami beberapa perubahan fisiologis sebagai respons terhadap puasa dan pembatasan kalori yang dilakukan, salah satunya penurunan kadar insulin dalam darah.

“Saat menjalani puasa IF tubuh seseorang akan mengalami perubahan fisiologis seperti penurunan kadar insulin dalam darah, penurunan ini membuat tubuh lebih efisien dalam membakar lemak, karena tubuh akan mulai memecah lemak untuk dijadikan energi. Penurunan insulin juga mengurangi risiko diabetes tipe 2,” ungkapnya.

Tidak hanya memicu penurunan insulin, Intermittent fasting juga memicu peningkatan hormon pertumbuhan (HGH), pembakaran lemak serta keseimbangan energi. Tetapi yang perlu digaris bawahi, diballik banyaknya manfaat yang didapatkan dari melakukan puasa IF ini, tidak semua orang bisa melakukannya.

Adapun kriteria tersebut diantaranya Wanita hamil dan menyusui, anak – anak dan remaja, orang dengan gangguan makan atau riwayat gangguan makan, penderita diabetes yang menggunakan obat, orang dengan masalah kesehatan tertentu seperti jantung, ginjal, gangguan metabolik, orang yang mengalami stres tinggi atau gangguan mental, orang yang sedang mengalami penyakit akut atau pemulihan pasca operasi.

“Sebelum melaksanakan diet ini penting untuk aware dengan kemampuan tubuh sendiri, konsultasi dengan dokter bila dianggap perlu, pilih metode IF dengan jendela makan yang panjang untuk membiasakan tubuh, jaga juga asupan hidrasi dengan tetap minum air putih untuk jaga elektorlit tubuh, serta yang tidak lupa harus dilakukan ialah tetap olahraga dengan rutin dan mendukung pembakaran lemak yang lebih optimal,” tambahnya.

Lebih lanjut, dr. Wahyu juga menambahkan bahwa pola diet seperti intermittent fasting bukan sekadar tren, melainkan sebuah gaya hidup yang dapat memberikan manfaat kesehatan jangka panjang bila dilakukan dengan benar. “Yang terpenting adalah mengenali kebutuhan tubuh sendiri dan menjadikannya bagian dari keseharian, bukan sebagai beban. Dengan begitu, manfaat yang diperoleh tentu akan lebih maksimal,” tutupnya.(kh/hms)

Sumber Gambar : Bisik.id

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

Related Posts

Jl. Kaharuddin Nasution 113,
Pekanbaru 28284
Riau - Indonesia

FOLLOW UIR

Copyright © Universitas Islam Riau. Developed by SIMFOKOM

Copyright © Universitas Islam Riau. Developed by SIMFOKOM

Copyright © Universitas Islam Riau. Developed by SIMFOKOM

Skip to content