Email

Kontak

Email

Kontak

Laporan Umroh (4-Habis): Mengambil Hikmah di Jejak Perjuangan Rasulullah

Senin (20/1 2020), Husein Mohamed Hijazy Transportation melaju ke Bukit Tsur meninggalkan Misfhalah. Bus yang dikemudikan si Akang dari Sukabumi itu meluncur ke arah selatan tanpa hambatan. Tak seperti jalan-jalan di banyak kota besar yang macet, jalanan di Mekah lancar. Lalu lintas tak terlalu padat. Jalannya lebar dalam dua jalur. Gedung dan rumah di kota kelahiran Nabi ini nyaris seragam bentuk dan warnanya.

Si Akang mendrive bus dalam kecepatan standar. Kisaran 70 km/jam. Ada sejumlah tempat wisata religius yang kami kunjungi. Selain Jabal Tsur juga Arafah, Mina dan Muzdalifah. Melihat Jabar Nur teringat kisah turunnya wahyu yabg sering disampaikan para muballigh di masjid-masjid dekat rumah. Di bukit ini, Nabi kedinginan dan minta kepada Siti Khadijah untuk diselimuti setelah sampai di rumahnya dari Gua Hira.

Arafah merupakan kawasan terbuka di timur Kota Mekkah. Di Padang yang luas dan tandus ini jemaah haji berkumpul pada 9 Zulhijjah melaksanakan punca haji yang disebut dengan wukuf. Saking pentingnya Arafah dalam prosesi ibadah haji, Nabi pun menyebut, ‘haji itu adalah arafah’. Tidak sah haji kalau tidak wukuf di Arafah.

Di Arafah terdapat Jabal Rahmah. Ceritanya, di bukit ini dahulu Siti Hawa dan Adam bertemu setelah terpisah sekian lama saat diturunkan dari syurga karena memakan buah larangan, khuldi. Jabal Rahmah disebut juga dengan bukit kasih sayang. Kisah lain, dinukilkan pula bahwa Jibril pernah mengajarkan Nabi Ibrahim manasik haji, kemudian menyembelih anaknya Ismail.

Penyembelihan itu merupakan perintah Tuhan yang diterima Ibrahim lewat mimpinya. Lalu dia sampaikan kepada Ismail, kemudian Ismail dengan ikhlas meminta ayahnya melaksanakan isi mimpi menyembelih dirinya. Dari atas bus kami melihat lokasi yang diyakini sebagai tempat Ibrahim menyembelih Ismail. Ia terletak di atas sebuah bukit yang ditandai dengan ada bangunan kecil yang ujungnya mirip dengan kubah masjid. Tempat ini tak jauh dari pelontaran batu ula, ustha dan aqabah, yang terdiri dari tiga lantai.

Ziarah ke Thaif

Selasa pagi (21/1 2020), ziarah kami masih berlanjut. Kota yang dituju adalah Thaif. PDA Travel bersama Labbaika Tour menggelar tabliq akbar Ustadz Abdul Somad di Kota yang pernah didatangi Nabi Muhammad berdakwah itu.

Thaif, salah satu provinsi di Arab Saudi. Daerah ini berhawa sejuk karena berada di lembah pegunungan Asir dan pegunungan Al Hada. Dari Mekkah kami menghabiskan waktu hampir dua jam ke sini. Di sepanjang jalanan, perkebunan delima, kurma dan sayuran juga pepohonan tumbuh dengan subur. Inilah daerah tandus di Arab yang suhu udaranya kalau siang mencapai 12 derjat dam kalau malam bisa 7 derjat cilcius.

Hampir semua rombongan umroh ketika turun dari bus merasakan sejuknya cuaca di Thaif. Walau sudah menggunakan baju berlapis tapi kesejukan hawa Thaif kota tetap membuat badan menggigil.

Ustadz Abdul Somad tiba di Thaib sekitar pukul 10.00 waktu Arab Saudi. Rencana, UAS akan menceritakan tentang Kesaksian Thaif dalam Perjuangan Rasulullah SAW’. Lokasi tabliq dipilih di sebuah gedung yang sering digunakan wanita Arab untuk pesta kawin. Sebelum UAS datang,
ratusan jemaah telah mengisi bangku-bangku di dalam gedung. Sebelah kanan jemaah laki-laki, bagian kiri wanita.

Dengan gayanya yang khas dan kocak, UAS bercerita tentang beratnya perjuangan Rasul setelah ditnggal orang-orang yang dicintainya. Setelah ayahnya Abdullah bin Abdul Muthalib wafar, ibunya Siti Aminah juga pergi. Lalu menyusul Siti Khadijah dan Pamannya Abu Thalib. Orang-orang kafir Quraisy makin bringas kepada Muhammad.

Menurut UAS, Muhammad datang ke Thaif untuk mengajak kabilah Tsaqif masuk Islam. Ia berjalan kaki dari Mekah
selama 10 hari. Sesampai di Thaif, Baginda bukannya disambut dengan ramah. Justru mendapat penolakan. ”Ia dilempari batu oleh orang-orang Thaif sampai-sampai kakinya berdarah,” kata UAS.

Tindakan brutal penduduk Thaif, ujar UAS, mengharuskan Nabi berlindung di sebuah kebun kurma milik Utbah bi Rabi’ah. Ia berdoa, ‘Ya, Allah kepada-Mu aku mengadukan kelemahanku kurangnya kesanggupanku, dan kerendahan diriku berhadapan dengan manusia. Kepada siapa diriku hendak Engkau serahkan? Kepada orang jauh yang berwajah suram terhadapku, ataukah kepada musuh yang akan menguasai diriku?

Jika Engkau tidak murka kepadaku, maka semua itu tak kuhiraukan, karena sungguh besar nikmat yang telah Engkau limpahkan kepadaku. Aku berlindung pada sinar cahaya wajah-Mu, yang menerangi kegelapan dan mendatangkan kebajikan di dunia dan di akherat dari murka-Mu yang hendak Engkau turunkan dan mempersalahkan diriku. Sungguh tiada daya dan kekuatan apa pun selain atas perkenan-Mu.”

Doa Nabi di dengar Allah. Malaikat Jibril datang menemui Muhammad. Kepada Muhammad Jibril berkata: “Allah telah mendengar perkataan dan jawaban kaummu terhadapmu. Allah telah mengutus Malaikat penjaga gunung untuk engkau perintahkan sesukamu”.

Wahai Muhammad, ucap Malaikat penjaga gunung seperti dituturkan UAS,
Aku adalah Malaikat penjaga gunung. Rabb-mu telah mengutusku untuk engkau perintahkan sesukamu. Jika engkau suka, aku bisa membalikkan gunung Akhsyabin ini ke atas mereka.”

Muhammad menjawab malaikat. “Aku menginginkan semoga Allah berkenan mengeluarkan dari anak keturunan mereka generasi yang menyembah Allah semata, tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun.“

Doa Muhammad terkabul. Kata UAS semua penduduk Thaif beragama Islam.

Cuaca di Thaif makin dingin. Dari bus kami amati tetumbuhan tumbuh subur. Jalan-jalan di dalam Kota Thaif tak gersang seperti di jazirah Arab lainnya karena rerumputan hijau menghiasi wajah. Sebelum pulang ke Mekah, kami sempatkan ziarah ke Masjid Ibu Abbas.

Masjid ini terletak di tengah kota. Lumayan besar. Bersih. Karpet merah tempat shalatnya sangat empuk. Di dekat tempat shalat wanita, ada makam Ibnu Abbas yang dipagar setinggi lebih dua meter. Pagar itu menyatu dengan bangunan masjid sehingga makamnya tak kelihatan. Banyak peziarah berdoa di depan pagar. Di Thaif, masjid ini merupakan masjid bersejarah dan paling tua.

Siapa Ibnu Abbas? Kami mencari tau sosok lelaki pejuang Islam ini. Dalam tausiahnya, UAS sempat menyebut Ibnu Abbas merupakan ponakan Nabi. Ayahnya bernama Abbas bin Abdul Muthalib. Dia wafat di Thaif tahun 687 dalam usia 68 tahun. Ibnu Abbas dikenal sebagai sahabat berpengetahuan luas, banyak meriwayatkan hadits. Konon lebih dari 1.600 hadits, atau terbanyak setelah Siti Aisyah.

Usai shalat di Masjid Ibnu Abbas, kami sempatkan waktu ngobrol dan berfoto di gapura yang melingkar di tengah kota dekat masjid. Cuaca dingin terus menyerang tubuh peserta umroh. ”Kota ini adem. Bersih. Cuacanya dingin. Jarakmya juga tak terlalu jauh dari Mekkah tapi kenapa tidak banyak jemaah umroh berziarah ke sini,” Fahridar bertanya heran sambil meneguk kopi panasnya.

Kembali ke Madinah.

Azan lohor berkumandang dari.Masjidil Haram. Ribuan jemaah sudah memadati Haram. Kami sudah berada di dalam sejak pukul 10.00 waktu Arab. Sengaja datang lebih awal karena inilah hari tetakhir kami di Mekah. Maka sebelum meninggalkan kota suci, kami lakukan dulu thawaf wada’ atau tawaf perpisahan dengan Baitullah. Kalau tidak jam 10.00 tentu sulit masuk ke Haram karena padatnya umat.

Pukul 15.00, semua jemaah PDA Travel Group 1 sudah berada di dalam bus. Sang driver juga telah ready membawa penumpangnya. Enam hari di Mekah terasa masih kurang. Kerinduan kepada Haram dan Baitullah akan terus membuncah dalam diri kami, peserta umroh Universitas Islam Riau. Karenanya dalam doa wada’ kami meminta ‘Ya Rabb panggil kembali kami berkunjung ke Baitullah ini’.

Madinah lumayan jauh. Lebih dari 500 km. Tapi karena jalannya yang lurus dan mulus, jarak tempuh itu tak terlalu membuat hati kami risau. Kunjungan ke Madinah merupakan kali kedua setelah pekan lalu, dari Kuala Namu Medan kami mendarat di Kota Nabi, dan sempat bermalam selama tiga hari.

Kami kembali ke Madinah lebih karena menyesuaikan dengan jadwal travel PDA. Bagi jemaah tentu ini sebuah keberuntungan sebab jarang terjadi pada jemaah haji maupun umroh dalam satu kali safar bisa dua kali ke Madinah. Jemaah lagi-lagi mendapat banyak kebaikan dari Madinah. Bisa berulang ke Raudhah. Dapat pula berkunjung ke tempat-tempat bersejarah.

Raudhah merupakan area di sekitar mimbar yang biasa digunakan oleh Nabi untuk berkhutbah. Dan, kata Bagunda Nabi, “Antara rumahku dan mimbarku adalah taman (raudhah) dari taman-taman surga”. Area tersebut merupakan tempat yanh mustajab sehingga banyak jemaah yang berlomba bisa bermunajat di raudhah.

Di Madinah, disamping melaksanakan fardhu ain lima waktu, beberapa tempat bersejarah juga akan kami ziarahi. Sepwrti baqi, makam tertua di sebelah Nabawi, di tempat inilah Siti Aisyah dan para sahabat di makamkan. Juga museum. Jelang terbang ke Medan dari Jeddah, kami sempatkan berkeliling kota Jeddah. Termasuk ke makam Siti Hawa dan ke Laut Merah.

”Ya Rabb berilah kesejahteraan dan keselamatan kepada Nabi Muhammad saw. dan keluarganya. Berilah kemampuan bagi sahabat-sahabat kami, saudara-saudara kami, kaum kerabat kami untuk datang ke Mekah dan Madinah. Berkahilah mereka agar dapat berkunjung ke rumahMu, Kakbah, dan pusara RasulMu yang suci dengan kasih sayangMu. Berilah kami rezeki agar dapat kembali mengunjungi Haramain (Mekah dan Madinah) berulang kali untuk menunaikan semua ibadah ya Allah. Segala puji bagi Mu, Tuhan semesta sekalian alam.”

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

Related Posts

Jl. Kaharuddin Nasution 113,
Pekanbaru 28284
Riau - Indonesia

FOLLOW UIR

Copyright © Universitas Islam Riau. Developed by SIMFOKOM

Copyright © Universitas Islam Riau. Developed by SIMFOKOM

Copyright © Universitas Islam Riau. Developed by SIMFOKOM

Skip to content