Email

Kontak

Email

Kontak

Evolusi Diantara Sudut Pandang Sains dan Agama : Nenek Moyang Kita Bukan Kera

Orang-orang kebanyakan jikalau membahas soal evolusi pasti mengarah ke Charles Darwin, padahal Darwin merupakan hanya salah satu ilmuwan evolusioner jadi bukan satu-satunya, masih banyak teori evolusi lain yang biasa digunakan oleh para naturalis dan biolog untuk melihat perubahan dari suatu makhluk hidup. Evolusi dominan digunakan dalam kaitan secara biologi atau zoologi, tetapi ada juga menggunakan evolusi dalam kebudayaan, salah satu ilmuwan yang menggunakan evolusi dalam dunia kebudayaan adalah ilmuwan muslim yang bernama Ibnu Maskawai (Abu Ali bin Ahmad bin Muhammad bin Yakub bin Maskawai).

Definisi evolusi oleh para ilmuwan kebanyakan terlalu sulit dimengerti dan berbelit-belit dalam penuturannya bahkan dapat menimbulkan kontroversi, karena disebabkan setiap ilmuwan yang mencetuskan makna dari evolusi itu berdasarkan keyakinan mereka masing-masing, jadi peneliti berikutnya tinggal memilih mana yang cocok dengan penelitian yang mereka butuhkan. Menurut Waluyo (2010) membahas evolusi terutama dalam bidang biologi tidak hanya dilihat pada perkembangan berdasarkan faktor genetik semata, tetapi didukung oleh multidisipliner ilmu lainnya seperti ekologi, sistematika, embriologi, molekuler, anatomi perbandingan, distribusi geografi, seleksi alam, dan lain-lain. Ada 4 teori evolusi yang terkenal dan dipakai hingga saat ini, di antaranya sebagai berikut:

  • Teori Fixisme Aristoteles

Ilmuwan terkenal yang menganut paham teori ini adalah Aristoteles, Plato, Leeuwenhoek, Cuvier, Linnaeus, Hook, dan Buffon. Teori ini dicetuskan pada tahun 348-432 Sebelum Masehi, beliau yang mengatakan bahwa “ Organisme yang ada dianggap tidak sempurna tetapi bergerak kearah keadaan yang lebih baik dan suatu jenis organisme yang diciptakan Tuhan adalah tetap (fix = tetap). Apabila terdapat kelainan atau cacat tubuh, hal itu disebabkan karena adanya mutasi gen atau kutukan dari Tuhan”. Hingga pada abad ke-18 dimana pada masa tersebut tidak pernah dipertentangkan antara teori satu dengan teori lainnya,

Fixisme dan Kreasionisme (oleh Cuvier, 1769-1832): “Sampai abad ke-19 di Barat, teori yang paling dipercaya adalah fixisme. Spesies selalu seperti apa adanya sejak mereka diciptakan. Mereka tetap dan tidak pernah berubah karena dunia telah diciptakan oleh Tuhan”. Teori ini mirip dengan kreasionisme.

Fixisme adalah teori tentang keanekaragaman kehidupan di bumi yang menegaskan bahwa spesies yang ada saat ini identik dengan spesies masa lalu dan keluar sudah beradaptasi dengan lingkungan tanpa mengalami perubahan. Fixisme menentang evolusionisme karena evolusionisme adalah gagasan bahwa spesies saat ini muncul dari transformasi bertahap yang dialami oleh spesies leluhur dan spesies yang punah. Versi agama dari fixisme disebut kreasionisme. Banyak bentuk kreasionisme yang berbeda ditemukan dalam mitologi berbagai agama. Para penafsir agama modern mengajarkan kreasionisme sebagai kebijaksanaan metaforis dan bukan sebagai lawan dari evolusionisme. Lebih jauh lagi, evolusi dapat diselaraskan dengan kreasionisme dengan mempertimbangkan bahwa Tuhan dalam kesempurnaan-Nya tidak akan menciptakan dunia yang begitu penuh dengan ketidaksempurnaan dan penderitaan seperti dunia kita (dimaksud dengan kalimat ini adalah bahwa Tuhan pasti menciptakan dunia lain yang jauh lebih sempurna, yang dimaksud adalah surga). Seseorang dapat mempertahankan kepercayaan kreasionis dengan berpikir bahwa dunia yang diciptakan Tuhan adalah dunia lain yang jauh lebih baik atau setidaknya bukan dunia yang kita lihat sambil mengakui ketidaksempurnaan kehidupan yang kita lihat telah muncul melalui evolusi.

Sedangkan kaitan teori fixisme dengan agama (kreasionisme), terkhusus agama Islam terdapat kesinambungan dari beberapa ayat yang tercantum di dalam Al- Qur’an pada surah Al-Mukminun ayat 12-14, sebagai berikut:

Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah , lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang-belulang, lalu tulang-belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Suci Allah, Pencipta Yang Paling Baik”.

Dari firman Allah SWT di atas menggambarkan bahwa Allah menciptakan manusia dari dua bahan utama yakni tanah dan air dan dari hal itu pula menegaskan bahwa sekalinya diciptakan manusia maka seterusnya tetap menjadi manusia (tidak dapat berubah bentuk). Dr Hamim, Pakar IPB dari Departemen Biologi FMIPA menjelaskan pada acara ‘Kajian Ilmiah dan Tafsir Al-Qur’an Teropong Cercah Kauniyah (TerCerahKan)’ terkait evolusi dalam perspektif ayat-ayat Al-Qur’an beserta pandangan ulama bahwa “ Kebenaran yang mutlak hanya berasal dari ketetapan Allah SWT dimana segala hal yang terjadi di muka bumi akan mutlak terjadi atau sesuai takdir. Bahkan, dari segi biologi molekuler, susunan gen tercatat dengan sangat rinci, jadi pandangan suatu teori evolusi memang tidak dapat dikatakan berbahaya karena pada akhirnyaa akan tetap mengarah kepada ketetapan hukum alam dari Allah SWT yang bersifat mutlak”.

Mengenai perubahan akibat kutukan dari Tuhan dalam teori Fixisme Aristoteles juga sama terdapat pada 3 Firman Allah SWT di Al-Qur’an, sebagai berikut:

Pertama, Surah Al-Baqarah ayat 65, yang artinya:

Sungguh, kamu benar-benar telah mengetahui orang-orang yang melakukan pelanggaran di Antara kamu pada hari Sabat, lalu Kami katakana kepada mereka, “ Jadilah kamu kera yang hina!”.

Kedua, Surah Al-Maidah ayat 60, yang artinya:

Katakanlah (Nabi Muhammad), “Apakah akan aku beritakan kepadamu tentang sesuatu yang lebih buruk pembalasannya daripada itu di sisi Allah? (Yaitu balasan) orang yang dilaknat dan dimurkai Allah (yang) di Antara mereka Dia jadikan kera dan babi. (Di Antara mereka ada pula yang ) menyembah Tagut”. Mereka itu lebih buruk tempatnya dan lebih tersesat dari jalan yang lurus”.

Ketiga, Surah Al-‘araf ayat 166, yang artinya:

Kemudian, ketika mereka bersikeras (melampaui batas) terhadap segala yang dilarang, Kami katakana kepada mereka, “ Jadilah kamu kera yang hina!”.

Dari Firman Allah SWT di atas yang mana terdapat kesamaan dengan pernyataan Aristoteles dalam teorinya, hal itu membuktikan berarti memang benar adanya bahwa makhluk hidup dapat berubah akibat ‘Kutukan Tuhan’ hal ini hanya bisa dipahami pada ilmu secara spiritual (keagamaan) tetapi bagi yang tidak meyakini hal tersebut maka pernyataan ini tidak dapat dipahaminya sama sekali, walaupun pada teori evolusi ilmuwan lain berasal dari penganut materialisme (Tidak yakin adanya campur tangan Tuhan dalam penciptaan).

Terdapat isi pernyataan lain dari Aristoteles yakni Saya yakin bahwa makhluk hidup itu ada karena benda mati (berasal dari benda mati) dan semuanya muncul secara spontan. Sehingga, dari pernyataan beliau muncul sebutan ‘Generatio Spontanea. Hal itu juga terdapat dalam Firman Allah SWT dlam Al- Qur’an, sebagai berikut:

Pertama, Surah An-nur ayat 45, yang artinya:

Dan Allah telah menciptakan semua jenis makhluk hidup dari air.

Kedua, Surah Al-Anbiya ayat 30, yang artinya:

Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?.

Dari kedua sudut pandang tersebut membuktikan periode evolusi yang begitu panjang dimulai dari benda mati sebagai mana tercatat dalam Skala Waktu Geologi yakni pada zaman Arkean yang berumur 3 Miliyar Tahun Lalu dimana asteroid relik pertama menghantam bumi, asteroid tersebut membawa unsur-unsur kehidupan salah satunya yaitu H2O (air), setelah kemunculan air pada permukaan bumi terbentuklah kehidupan pertama di bumi yakni makhluk hidup uniselular (bersel tunggal) salah satunya adalah bakteri dan ganggang primitif pada zaman Proterozoikum yang berumur 1,5 Miliyar Tahun Lalu.

  • Teori Lamarckisme ( Masa Adaptasi dan Transformasi)

Teori ini dicetuskan oleh Jean Baptisme de Lamarck (1744-1829), beliau merupakan ahli botani dan orang pertama yang menyusun sebuah teori evolusi yang menjelaskan bagaimana dan mengapa perubahan terjadi. Beliau yakin bahwa

makhluk hidup memiliki suatu kecendrungan alamiah untuk berkembang maju, serta memiliki kemampuan meneruskan ciri-ciri berguna yang berkembang selama perjalanan hidup mereka. Menurut Lamarck, pengaruh lingkungan dapat merubah bagian tubuh makhluk hidup baik ciri, sifat, dan karakternya. Jika bagian tubuh dari makhluk hidup selalu atau sering digunakan, maka bagian tersebut makin lama dapat berubah sehingga sesuai untuk digunakan pada lingkungan tersebut, begitu juga sebaliknya. Lamarck mengambil contoh mengenai panjang leher jerapah. Menurutnya nenek moyang jerapah dahulu berleher pendek. Pada suatu ketika terjadilah bencana kekeringan sedemikian rupa sehingga jerapah hanya dapat memperoleh makanan dengan mengambil daun-daun yang ada di pepohonan. Karena sering mengambil daun-daun di pohon untuk dimakan, akibatnya leher jerapah tertarik, makin lama makin panjang. Akhirnya sifat perolehan yang baru yaitu leher panjang diwariskan pada generasi-generasi berikutnya sehingga jerapah sekarang berleher panjang. Menurut pandangan Graebner (2008) perubahan yang terjadi pada makhluk hidup disebabkan karena pengaruh alam atau rekayasa manusia (hibridisasi).

  • Hukum Mendel ( Masa Teori Genetika dan Evolusi Modern)

Pencetus teori ini adalah Gregor Johann Mendel (1865), beliau merupakan seorang biarawan Austria yang mengemukakan bahwa sifat-sifat tertentu dapat diturunkan dengan ketelitian yang akurat. Mendel berhasil analisis yang cermat dengan interpretasi yang tepat atas hasil-hasil percobaan terhadap tanaman sayur- sayuran dalam rangka mencari bibit unggul. Mendel mengemukakan bahwa sifat- sifat tertentu dapat diturunkan dengan mengamati pola pewarisan sifat demi sifat sehingga menjadi lebih mudah untuk diikuti (Andi Burhanuddin, 2016), .Teori ini lebih dikenal dengan istilah teori kawin-silang.

  • Teori Evolusi Darwin (Seleksi Alam) dan Teori Neo Organik Darwin

Teori ini dicetuskan oleh Charles Robert Darwin pada tahun 1809-1882, beliau merupakan ilmuwan dan naturalis berkebangsaan Inggris yang tidak mengenyam pendidikan biologi malahan beliau bersekolah di bidang farmasi (obat-obatan).

Teori Darwin adalah teori seleksi alam Darwin yang juga dikenal dengan teori Darwin abad ke-19. Ada dua isi penting dari teori tersebut yaitu. Pertama, menyatakan semua makhluk hidup yang ada di bumi ini adalah hasil keturunan dari moyang yang sama yang mengalami modifikasi. Darwin justru menegaskan dalam bukunya yang paling fenomenal berjudul The Origin of Species bahwa Suatu individu atau spesies bukanlah bersifat tetap. Akan tetapi, seluruh makhluk hidup itu bersifat fleksibel atau dapat berubah bentuk. Dalam buku Andi Burhanuddin (2016) teori ini menyatakan spesies bukan merupakan sesuatu yang kekal atau tidak mengalami perubahan, melainkan berevolusi melalui proses perubahan, melainkan berevolusi melalui proses perubahan bertahap dari berbagai spesies yang ada. Teori ini juga menyatakan bahwa semua spesies memiliki hubungan darah. Kedua, teori tersebut menyajikan sejumlah besar fakta yang dianggap Darwin hanya dapat dijelaskan dengan teori evolusi, tidak cukup dengan teori penciptaan khusus (dimaksudkan kalimat ini adalah taeori Darwin hanya dapat dijelaskan secara saintis saja, jadi tidak dapat dikaitkan dengan agama apapun ). Teori evolusi organic Darwin abad 19 semakin menggemparkan dunia intelektual modern, terlebih setelah tahun 1871, beliau menerbitkan buku The Descent of Men, yang menguraikan implikasi teori evolusi organik bagi asal-usul manusia, jadi manusia dan kera mempunyai nenek moyang yang sama bukan berarti nenek moyang manusia adalah kera.

Meski teori Darwin jatuh terpuruk setelah munculnya hukum-hukum genetik, sekelompok pendukung teori Darwin tetap setia, salah satunya adalah Ernest Haekel, Eugine Duboise, dan Gustav Heinrich Ralph von Koeningswald. Mereka berkumpul berupaya membuktikan bahwa manusia purba adalah benar-benar nenek moyang manusia dalam teori Missing Link (Mata Rantai Yang Putus). Darwin mencetuskan teorinya berdasarkan pernyataan Linnaeus (ilmuwan botani) yang menciptakan sistematika genetik atau yang lebih dikenal dengan istilah Klasifikasi Taksonomi, mula-mula Linnaeus samar-samar mengatakan bahwa nenek moyang manusia adalah kera, hal itu disebabkan karena Linnaeus memasukan manusia ke dalam golongan Primata (Prima = Pertama). Dari pernyataan Linnaeus tidak ada kontroversi sama sekali pada saat itu, karena mereka anggap evolusi itu sebatas pemikiran manusia saja, ada yang setuju dan ada pula yang tidak setuju, tentunya mereka punya alasan tersendiri mengapa mereka setuju atau tidak setuju.

Terdapat kesulitan-kesulitan dalam teori Darwin yang bisa dipecahkan melalui ilmu spiritual (keagamaan) saja. Tetapi, kembali lagi kalau teori Darwin tidak bisa dikaitkan dengan konteks agama apapun karena beliau merupakan penganut atheis agnostik, ada 4 kesulitan Darwin dalam teorinya di antaranya sebagai berikut:

  1. Seandainya spesies memang diturunkan dari spesies lain dengan gradasi yang tidak disadari, kenapa kita tidak dapat keberadaan bentuk yang tidak terhitung jumlahnya ini hampir di semua tempat? Kenapa seluruh alam tidak berada dalam kekacauan? Malahan seperti yang kita lihat, spesies-spesies sudah terdefinisi dengan baik.
  2. Apakah mungkin misalnya seekor hewan yang memiliki struktur dan kebiasaan seekor kelelawar, dapat terbentuk dari modifikasi hewan tertentu dengan kebiasaan yang benar-benar berbeda? Di sisi lain, dapatkah kita percaya bahwa seleksi alam bisa menghasilkan organ yang hanya tidak begitu penting, seperti ekor jerapah, yang berfungsi sebagai pengusir lalat, seperti mata yang keunikannya dan kesempurnaannya bahkan belum benar- benar bisa kita pahami sampai saat ini?
  3. Dapatkah naluri atau insting diperoleh dan dimodifikasi melalui seleksi alam? Apa yang harus kita katakan mengenai naluri yang menakjubkan yang menuntun lebah untuk membuat sel-sel, yang pada praktiknya mendahului penemuan ahli-ahli matematika terkemuka? (yang dimaksud dalam pertanyaan ini adalah mengapa lebah bisa memiliki naluri membuat segi enam pada sarangnya dengan ukuran yang akurat dan relatif sama, mendahului ahli matematika terkemuka, dalam artian bahwa lebah lebih dulu menemukan bentuk segi enam dibandingkan manusia ).
  4. Bagaimana bisa menerangkan terhadap spesies-spesies, saat disilangkan dalam keadaan steril akan menghasilkan keturunan yang steril, sedangkan saat varietas-varietas disilangkan, kesuburan mereka tidak terpengaruh?

Darwin mengatakan bahwa bisa saja teorinya dapat dipatahkan apabila diperlihatkan secara detail bagaimana susunan tubuh atau organ makhluk hidup yang kompleks itu tidak mengalami perubahan atau modifikasi baik itu dari nenek moyangnya sampai ke modernnya, dimana pernyataan beliau sebagai berikut:

Seandainya dapat diperlihatkan bahwa suatu organ kompleks yang saat ini ada, dan yang tidak mungkin terbentuk melalui modifikasi-modifikasi kecil yang berjumlah banyak dan terus-menerus, maka teori saya akan terpatahkan. Akan tetapi saya tidak menemukan kasus semacam ini”.

Source by :

Aisyah Latun Ummiah

Teknik Geologi 2017

Share:

More Posts

Universitas Islam Riau Campus
Jl. Kaharuddin Nasution 113, Pekanbaru 28284
Indonesia

Telepon :  +62 761 674674
Faks :   +62 761 674834
Email : info[at]uir.ac.id

© Universitas Islam Riau developed by SIMFOKOM

Jl. Kaharuddin Nasution 113,
Pekanbaru 28284
Riau - Indonesia

FOLLOW UIR

Copyright © Universitas Islam Riau. Developed by SIMFOKOM

Copyright © Universitas Islam Riau. Developed by SIMFOKOM

Copyright © Universitas Islam Riau. Developed by SIMFOKOM

Skip to content