Celoteh Civitas

Kontak

PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN CPP BLOK PASCA AGUSTUS 2022

Blok Coastal Plains and Pekanbaru (CPP) telah dikelola oleh Daerah Riau dan negara sejak tahun 2002 dan telah banyak memberikan kontribusi bagi daerah di Provinsi Riau seperti deviden yang didapatkan pemegang saham dari setiap Kabupaten yang terlibat yaitu Kabupaten Siak 72,29%, Provinsi Riau 18%, Kabupaten Kampar 6,02%, Kabupaten Pelalawan 2,41%, serta Kota Pekanbaru 1,21%). Terbukanya peluang bagi putra-putri asli Riau untuk dapat bekerja di perusahaan minyak gabungan dari BUMD Kabupaten Siak dengan PT. Pertamina Hulu maupun di service company atau mitranya. CSR yang disalurkan ke daerah operasi dan sekitarnya dan beberapa manfaat lainnya sudah dapat dirasakan manfaatnya termasuk pada sektor pendidikan yang ada di Riau ini.  Semua pihak menunggu bagaimana kinerja PT. Bumi Siak Pusako Pasca 2022.

Blok CPP saat ini dikelola oleh Badan Operasi Bersama PT. Bumi Siak Pusako – PT. Pertamina Hulu yang kemudian di sebut BOB PT. BSP – PH. Waktu begitu cepat berlalu dan tinggal beberapa bulan lagi dan tepatnya pada Bulan Agustus 2022 Kerjasama tersebut akan berakhir yang telah berlangsung selama 20 tahun. Bukan suatu masa yang singkat bagi PT. BSP dalam mempersiapkan diri sebagai pengelola Blok CPP untuk 20 tahun kedepan (2022- 2042).

Sejak tahun 2018 dan terhitung Agustus 2022 PT. BSP telah ditetapkan oleh pemerintah Republik Indonesia sebagai pengelola Blok CPP yang saat ini menjadi penghasil minyak terbesar No 2 di Provinsi Riau. Tentunya hal ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi Provinsi Riau karena setelah 20 tahun bermitra dengan PT. Pertamina Hulu, PT. BSP mampu menjadi pengelola Blok yang memiliki lebih dari 34 lapangan dengan 28 lapangan produksi serta lebih dari 700 sumur minyak yang tersebar di beberapa kabupaten di Provinsi Riau ini.

Bisnis migas adalah bisnis yang penuh dengan resiko, menggunakan teknologi tinggi, investasi tinggi, membutuhkan SDM Migas yang handal dan tentunya juga memberikan profit yang signifikan bagi negara maupun Provinsi Riau khususnya. Buktinya, sampai saat ini ketergantungan daerah dari dana hasil minyak bumi yang di sebut Dana Bagi Hasil minyak bumi masih menjadi tulang punggung bagi Provinsi Riau. Kesempatan emas bagi PT. BSP yang telah ditetapkan sebagai operator Blok CPP terhitung sejak Agustus 2022 sampai dengan 2042 yang diharapkan nantinya memberikan peluang dan tantangan yang perlu disikapi dengan cara kerja yang profesional, cermat dan bijak.

Saat ini masih ada beberapa pihak yang meragukan kemampuan PT. BSP tetapi di sisi lainnya tetap mendukung bahkan bangga karena Daerah Riau diberikan kepercayaan sebagai pengelola Lapangan minyak yang mayoritas berada di Kabupaten Siak. Sebagai orang Riau dan akademisi saya merasa sangat bangga PT. BSP telah diberikan kepercayaan tersebut, walaupun dari sisi lain perlu perbaikan agar kedepannya dapat memberikan manfaat yang lebih maksimal. Sejak 2002 sampai dengan 2022, PT. BSP tidak punya kewenangan penuh untuk mengelola Blok tersebut karena semua kegiatan dan kebijakan perlu disetujui secara bersama oleh kedua belah pihak yaitu PT. BSP bersama PT. Pertamina Hulu. Begitu juga dengan profit yang diperoleh setiap tahunnya harus berbagi karena kepemilikan saham bersama antara kedua nya masing-masing sebesar  50%.

Terhitung 9 Agustus 2022 nanti PT. BSP 100% menjadi operator Blok CPP dengan sistem Gross Split yang melintasi beberapa Kabupaten di Provinsi Riau. Hal ini tentu menjadi peluang untuk membuktikan ke pemerintah pusat bahwa Riau mampu menjadi operator lapangan minyak bumi setelah sebelumnya Provinsi Riau juga diberikan kepercayaan ke BUMD Provinsi dalam mengelola Lapangan Langgak melalui PT. SPRL dan PT. Riau Petroleum yang telah mendapatkan Participating Interest (PI 10% dari PHE Siak dan PHR). Jika berhasil dalam pengelolaannya tentu akan menjadi nilai positive untuk mengelola lapangan-lapangan lainnya untuk masa-masa yang akan datang.

Selain menjadi peluang tentunya juga menjadi tantangan terkait dengan bisnis yang memerlukan modal yang tidak sedikit. Bisa dibayangkan untuk membor satu sumur minyak memerlukan dana puluhan bahkan ratusan milyaran rupiah (USD 1 – 10 juta ; Rp. 14 – 140 miliyar) tergantung kedalaman lapisan hidrokarbonnya (reservoir) dan bisa saja investasi tersebut hangus jika tidak berhasil menemukan atau menghasilkan minyak.

Beberapa peluang bagi PT. BSP dalam mengelola CPP selama 20 tahun kedepan diantaranya adalah: Sistem kontrak yang diterapkan tidak lagi cost recovery, tetapi menjadi kontrak gross split sehingga kewenangan dalam mengoperasikan lapangan yang ada akan lebih fleksibel dan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan selama menjadi operator tersebut tidak lagi memerlukan urusan adminitrasi yang lebih rumit dan panjang jika dibandingkan dengan kontrak cost recovery. Peluang ini jika dimanfaatkan secara bijak yang tentunya akan memberikan dampak positif bagi PT. BSP sehingga efisiensi biaya operasional akan dapat dimaksimalkan dan tentunya akan dapat memberikan profit yang lebih baik selama 20 tahun ke depan.

Selain itu, dengan skema Gross Split bagian PT. BSP dari hasil minyak yang akan lebih besar yaitu 30% sampai dengan 40% (include cost) dan pembagian ini berbeda dengan skema cost recovery dimana operator sebelumnya menerima 15% (7.5% PT. BSP dan 7.5% PT. PH). Tentunya dengan skema seperti ini jika CPP Blok dikelola dengan professional akan memberikan keuntungan yang lebih maksimal dan akan memberikan deviden yang lebih baik bagi pemegang sahamnya.

Karena Blok CPP dikelola 100% oleh PT. BSP tentunya tidak ada lagi pembagian dengan PT. Pertamina Hulu seperti kontrak sebelumnya, 100% Profit yang diperoleh akan menjadi milik PT. BSP bersama pemegang saham. Peluang lainnya adalah semakin banyak dalam melibatkan putra-putri asli Riau untuk ikut terlibat pada BUMD ini guna mensiasati kekosongan posisi yang ditinggalkan oleh karyawan Pertamina Hulu sebelumnya. Kekosongan ini dapat memberikan peluang kerja baru dan tentunya diharapkan dapat menurunkan angka pengangguran dan terbukanya peluang serta kesempatan bekerja bagi sumber daya manusia dala bidang migas di Provinsi Riau

Sampai saat ini setelah sekitar 40 tahunan diproduksikan, tahapan produksi minyak dari CPP Blok masih didominasi tahapan primary dan secondary recovery, secara Ilmiah dan secara Ilmu Perminyakan jumlah minyak yang tersisa di dalam lapisan reservoir minyak CPP Blok masih cukup ekonomis. Reservoir-reservoir minyak yang sudah terproduksi maksimal sebelumnya sudah pada tinggi kandungan airnya (high water cut), namun demikian masih ada potensi-potensi cadangan minyak di reservoir yang masih bisa diproduksikan (recoverable reserve) dan potensi-potensi untuk mengambil sisa-sisa minyak Sor (saturation oil residual) dengan Teknologi-teknologi yang bisa langsung masuk ke dalam Reservoir Minyak di bawah permukaan bumi (subsurface).

Secara statistik, saat ini cadangan minyak yang tertinggal di CPP blok mungkin masih cukup ekonomis dan masih tinggi potensinya. Dengan menggunakan kedua tahapan produksi tersebut (Primary + Secondary) secara perolehan produksi minyak sekitar 40% – 50% mungkin sudah tercapai dan tentunya hal ini menjadi peluang dan tantangan bagi PT. BSP untuk dapat memproduksikan lagi minyak dengan teknologi yang ada dan dengan teknologi baru yang muncul.

Penurunan minyak yang terjadi sejak 2002 hingga saat ini tentunya tidak bisa dihindari karena memang terjadi penurunan secara ilmiah dan alamiah, apalagi Blok CPP ini telah diproduksikan sekitar 40 tahunan. Perlu investasi dan teknologi serta peningkatan tahapan produksi yang selama ini masih didominasi oleh primary recovery perlu menuju full secondary recovery serta secara bertahap ke arah tersiery recovery. Selain beberapa peluang dalam pengelolaan Blok CPP tersebut, tentunya banyak tantangan yang akan dihadapi selama 20 tahun kedepan. Perlu investasi yang tidak sedikit dalam pengelolaan lapangan minyak, hal ini akan sangat dipengaruhi oleh fluktuasi harga minyak, sejak harga minyak jatuh dari level $ 100/barel hingga level <$ 50/barel (2014-2020) banyak Perusahaan Minyak yang jatuh terpuruk dan berefek bangkrutnya beberapa perusahaan minyak dan perusahaan-perusahaan/industry pendukung operasional produksi minyak lain.

BSP sudah melalui masa-masa sulit itu dan telah teruji mampu bertahan dan melanjutkan Operasional Produksi secara Professional, Efesien dan Efektif. Harga minyak yang rendah akan membuat investasi akan melambat dan tertunda, pengeboran eksplorasi (exploration drilling), pengeboran pengembangan (development drilling), penerapan full secondary recovery, inisiasi kegiatan EOR akan sangat terbatas dilakukan. Jika investasi tidak optimal dilakukan akan menyebabkan produksi akan menurun dan akan berdampak terhadap pendapatan bagi pemegang sahamnya. Fasilitas yang ada di Blok CPP tersebut adalah peninggalan dari PT. Caltex yang telah mengelola lapangan tersebut selama berpuluh tahun yang lalu. Peralatan tersebut tentu memerlukan biaya perawatan dan penggantian agar bisa beroperasi secara maksimal. Biaya yang diperlukan untuk perawatan serta penggantian fasilitas produksi memerlukan biaya yang sangat besar.

Saat pengelolaan Badan Operasi Bersama PT. Bumi Siak Pusako – Pertamina Hulu pendanaan dilakukan oleh kedua belah pihak. Namun demikian, setelah PT. BSP ditunjuk menjadi operator baru nantinya tentu semua biaya harus ditanggung oleh perusahaan daerah Kabupaten Siak ini, setidaknya tidak kurang dari $ 10 juta/bulan (Rp. 140an miliyar per bulan) Dana yang dibutuhkan untuk Operasional Produksi. Lapangan yang sudah mature, fasilitas yang sudah tua, jumlah air yang diproduksikan rata-rata diatas 95% dibandingkan jumlah minyak yang didapat tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi PT. BSP selama 20 tahun pengelolaan ke depan. Perlu tim yang handal dan profesional, penggunaan teknologi yang tepat serta pemegang saham yang paham bahwa perusahaan minyak memerlukan Investasi Besar dan juga Resiko Besar dalam pengelolaanya. Sudah bukan rahasia lagi, bahwa uang yang hilang puluhan, ratusan milyar bahkan triliunan rupiah akibat gagalnya dalam mendapatkan minyak menjadi hal yang biasa dalam bisnis perminyakan (High Risk, High Cost, High Technology).

Peluang dan tantangan yang akan dihadapi selama 20 tahun kedepan tentunya sudah diperhitungkan oleh para ahli-ahli SDM Migas yang ada di PT. BSP. Justru sekarang ini dengan kondisi sumur atau reservoir yang sudah terekploitasi sudah maksimal yang dibutuhkan adalah teknologi-teknologi apapun yang bisa bekerja menembus ke dalam reservoir minyak melewati area sekitar lubang sumur (near wellbore area) masuk  jauh ke dalam reservoir minyak dan diharapkan teknologi tersebut akan bekerja mengubah karakteristik fluida reservoir (minyak khususnya) bisa lebih mudah mengalir ke sumur-sumur produksi. Pengalaman dan prestasi baik nasional dan internasional PT. BSP yang sudah didapatkan selama dua puluh tahun terakhir telah menjadi bekal dan guru terbaik untuk menghadapi dua puluh tahun ke depannya.

Pengelolaan yang dilakukan secara professional dan menerapkan efisiensi yang terukur di semua bidang akan menjadi hal wajib dikembangkan agar kepercayaan pemerintah serta masyarakat Riau kepada PT. BSP ini dapat dijalankan dengan bijak sehingga memberikan manfaat yang maksimal bagi masyarakat Riau khususnya Kabupaten-kabupaten yang terkait.

Penulis:

Dr. Eng. Muslim (Dekan Fakultas Teknik Universitas Islam Riau)

Ketua Pusat Studi Pengembangan Dan Peningkatan Produksi Minyak Bumi

(PSP3MB-UIR)

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

Related Posts

Jl. Kaharuddin Nasution 113,
Pekanbaru 28284
Riau - Indonesia

FOLLOW UIR

Copyright © Universitas Islam Riau. Developed by SIMFOKOM

Copyright © Universitas Islam Riau. Developed by SIMFOKOM

Copyright © Universitas Islam Riau. Developed by SIMFOKOM

Skip to content