Email

Kontak

Email

Kontak

Ancaman Krisis Pangan Global “What Should Be Done Dalam Konteks Indonesia?”

Seminar Nasional FAPERTA UIR sekaligus MILAD FAPAERTA KE 45

Krisis pangan global tidak hanya sekedar isu belaka, saat ini dunia diterpa tiga fenomena beruntun yang terjadi di kurun waktu dua tahun terakhir yaitu climate change atau perubahan iklim yang signifikan, pandemi Covid-19 dan konflik perang. Ketiga dampak tersebut tentu sangat berdampak pada kestabilan pangan sehingga memunculkan krisis pangan secara global yang dihadapi oleh negara-negara di dunia. 

Sebelum terjadi konflik antara Ukraina dan Rusia harga pangan yang sempat melambung tinggi sebenarnya sudah disebabkan juga oleh berbagai faktor terutama kekeringan sebagai dampak dari climate change yang mempengaruhi proses tanam negara-negara penghasil bahan-bahan pokok utama serta kacaunya pasokan makanan diakibatkan oleh pandemi Covid-19.

Dalam sebuah Seminar Nasional yang diselenggarakan oleh Fakultas Pertanian UIR dalam rangka Milad FAPERTA yang ke 45 beberapa waktu lalu yang menyajikan tema “Ancaman Krisis Pangan GlobalWhat Should Be Done Dalam Konteks Indonesia?” dengan narasumber Prof. Dr. Ir. Helmi, M.Sc merupakan Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Andalas bahwa Indonesia sudah merasakan dampak pada krisis pangan global tersebut. 

“Sebenarnya Indonesia sudah mengalami beberapa faktor – faktor pemicu ancaman masalah krisis pangan, tetapi ditambah lagi dengan adanya perang dingin antara Rusia dan Ukraina maka itu membuat semakin parahnya krisis pangan dirasakan,” Ujar Prof Helmi.

Helmi mengungkapkan semakin terasa nya dampak krisis pangan di Indonesia menjadi puncaknya adalah ketika perang antara Rusia dan Ukraina. Ukraina dan Rusia adalah dua negara pengekspor terbesar pasokan biji-bijian baik gandum dan jagung kehilangan kemampuan suplainya akibat perang tersebut. 

“Rusia dan Ukraina merupakan pengekspor utama beberapa bahan baku pokok utama seperti gandum, jagung, barley minyak2 dan lain sebagainya serta menguasai sebanyak 51% suplai kebutuhan dunia, data by FAO Food Price Indexes Tahun 2022,” Ungkapnya.

Maka dengan rendahnya suplai bahan pokok utama ini otomatis akan membuat kenaikan pada produk olahannya seperti tepung, gandum, roti, mie dan lain sebagainya. 

“Selain memasok gandum dan jagung, Rusia juga merupakan negara pemasok bahan pembuat pupuk dan produk pupuk jadi mengalami gangguan suplai yang mempengaruhi ketersediaan pupuk di beberapa negara yang tentu akan membuat proses tanam dan kesuburan lahan di negara pengimpor menjadi berpengaruh,” katanya. 

Lebih lanjut, kendati demikian Helmi katakan tentu ada sebuah solusi maupun terobosan yang bisa Indonesia lakukan untuk setidaknya bisa meredam dampak agar tidak semakin dirasakan dan mempengaruhi kestabilan pangan, diantaranya :

  1. Memperkuat sistem pangan lokal dan membangun relasi penyangga dengan sistem pangan global. 
  2. Meningkatkan peran perguruan tinggi pertanian untuk memperkuat sistem dan produk olahan pangan lokal. 
  3. Mengembangkan inovasi sistem produksi dan distribusi pupuk organik. 
  4. Perlu pengembangan inovasi teknologi energi terbarukan (renewable energy) terutama yang berbasis pertanian. (kh/hms)
Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

Related Posts

Jl. Kaharuddin Nasution 113,
Pekanbaru 28284
Riau - Indonesia

FOLLOW UIR

Copyright © Universitas Islam Riau. Developed by SIMFOKOM

Copyright © Universitas Islam Riau. Developed by SIMFOKOM

Copyright © Universitas Islam Riau. Developed by SIMFOKOM

Skip to content