Kaidah dapat dipahami sebagai hukum islam yang sangat fleksibel, artinya kaidah dapat mengikuti keadaan namun perlu di pahami secara baik. Jika tidak dipahami maka akan terjebak kedalam “Maklahat” atau pelanggaran yang pasti.
Hal tersebut disampaikan oleh Ustadz Dr. H. Helmi Basri, LC., MA saat memberikan ceramah pada kajian rutin islam bulanan Civitas Akademisi Universitas Islam Riau, pada Jumat, (19/05/2023) di Lantai II Ruang Sidang Gedung Rektorat.
Ia memaparkan dalam kaidah fiqih terdapat hukum yang bersifat Qath’iy dan Zhanny. Qath’iy merupakan hukum islam yang tidak dapat diuhanni memiliki makna yang spekulatif dapat berubah.
Hukum yang qath’iy contohnya seorang muslim memiliki kewajiban melakukan ibadah sholat 5 waktu sehari semalam. Apapun keadaannya ini tetap harus dilakukan termasuk saat sakit, ketentuan dan kemudahan tersebut telah diatur sedemikian detail dalam islam.
“Meskipun orang tersebut berada dikutup dan jumpa bulan Ramadhan sebanyak 2 kali, makai ia wajib melakukan ibadah puasa tersebut. Ini termasuk pada contoh hukum islam yang Qath’iy”, papar Dr. H. Helmi Basri, LC., MA.
Sedangkan hukum islam Zhanny merupakan hukum yang bersifat tentative atau dapat berubah karena beberapa hal seperti perubahan tempat dan keadaan, perubahan keadaan pribadi seseorang, perubahan niat dan maksud, serta perubahan tradisi dan kebiasaan.
“Perubahan keadaaan pribadi seseorang contohnya di bolehkan seorang Wanita mengikuti thawaf sedangkan ia sedang dalam keadaan haid, jika tidak ada solusi lain. Contoh perubahan niat dan maksud yaitu amal baik menjadi rusak jika tujuannya tidak baik”, jelas Dr. H. Helmi Basri, LC., MA.
Artinya dalam hukum islam Zhanny tergantung bagaimana situasi, kondisi, dan keadaan seseorang diiringi dengan niat yang baik. Misalnya seorang Wanita dibolehkan melakukan ibadah umroh tanpa mahram jika pergi Bersama rombongan. Pemahaman seperti ini diharapkan dapat menambah wawasan keislaman Civitas Akademisi UIR. (hms/smh)
