Melihat besarnya potensi Budidaya Ikan Kolam di Desa Mandi Angin, Kecamatan Minas, Kabupaten Siak, Provinsi Riau, Pusat Kajian Lingkungan Hidup (PKLH) Fakultas Pertanian (FAPERTA) Universitas Islam Riau (UIR) bersama Balai Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (BPPM) PT. Arara Abadi memberikan pelatihan kepada masyarakat.
Dosen FAPERTA UIR yang terlibat yaitu Dr. Ir. H. Rosyadi, M.Si, Dr. Ir. H. Agusnimar, M.Sc, Ir. T. Iskandar Johan, M.Si, Ir. Fakhrunnas MA Jabbar, M.IKom, Dr. Jarot Setiaji, S.Pi., M.Sc, Mohammad Hasby, S.Pi, M.Si, Abdul Fatah Rasidi, S.Pi, M.Si, Hajry Arief Wahyudy, SP, MMA, dan Khairul Hadi, S.Pi
Kegiatan pelatihan bertujuan untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) masyarakat dalam mengelola budidaya ikan kolam, sehingga usaha ini berjalan secara berkelanjutan dan memperoleh hasil yang maksimal. Sebelumnya masyarakat telah memulai usaha budidaya ikan di kolam, namun usaha tersebut belum menunjukkan hasil yang maksimal.
Pelatihan dilakukan di balai BPPM PT. Arara Abadi Perawang mulai Januari sampai April 2023 oleh tim PKLH FAPERTA UIR, sedangkan uji coba pemeliharaan ikan dilakukan di kolam petani ikan. Dr. Ir. H. Rosyadi, M.Si, menjelaskan “untuk kegiatan diseminasi budidaya ikan ini, dipilih jenis ikan lokal atau endemik seperti ikan baung dan selais. Hal ini dikarenakan jenis ini memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan hidup, diantaranya terhadap tingkat keasaman (pH) air, suhu serta memiliki pertumbuhan yang cepat”.
Ia menambahkan, alasan lainnya ikan ini dipilih karena disukai masyarakat, dapat dikonsumsi dalam bentuk segar maupun ikan olahan seperti di salai atau asap, serta memiliki harga jual relatif tinggi berkisar antara Rp. 80.000.- sampai Rp120.000,-/kg. Sedangkan dalam bentuk olahan harganya mencapai Rp. 350.000,- sampai Rp. 400.000.-/kg.
“Masyarakat perlu mengetahui, untuk terlaksananya usaha budidaya ikan secara keberlanjutan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan diantaranya ketersediaan benih bermutu dan berkelanjutan, pakan yang sesuai ukuran dan umur ikan serta kandungan gizi pakan”, jelas Rosyadi.
Menjadi permasalahannya saat ini, yang menyebabkan kurang berkembang usaha budidaya ikan dikalangan petani, dikarenakan tingginya modal awal usaha yang harus mereka miliki, terutama pembelian pakan, karena dalam usaha budidaya ikan sekitar 50% biaya produksi berasal dari pakan berupa pelet.
Oleh sebab itu untuk terlaksananya usaha budidaya ikan baung dan selais di kampung Mandi Angin ini, melalui program pemberdayaan masyarakat BPPM PT. Arara Abadi, dilakukan pemberian bantuan berupa benih ikan baung dan selais serta penyediaan pakan (pelet), dan untuk tenaga teknisnya dari Pusat Kajian Lingkungan Hidup Fakultas Pertanian Universitas Islam Riau. (hms/kh)