Email

Kontak

Email

Kontak

Sumur Resapan dan Biopori Jadi Solusi Atasi Banjir di Musim Penghujan

Pekanbaru dalam kurun waktu tiga bulan terakhir memasuki fase musim hujan. Curah hujan yang tinggi tidak jarang menyebabkan genangan air hingga banjir di beberapa daerah di kota ini. Menurut data prakiraan cuaca yang dilansir dari website bmkg.go.id, puncak musim hujan 2023/2024 diprakirakan terjadi pada bulan Januari dan Februari 2024 yaitu sebanyak 385 ZOM (55,08%) ini membuat sebagian wilayah Riau mengalami banjir yang mengganggu aktifitas warga bahkan menutup akses lintas transportasi dan angkutan kebutuhan harian antar provinsi.

Melihat fenomena tersebut akademisi Perencanaan Wilayah dan Tata Kota (PWK) Universitas Islam Riau (UIR) turut memberikan ide dan pendapatnya. Kepada Tim Humas UIR Ir. H. Firdaus Agus, M.P ia mengatakan terdapat beberapa faktor penyebab banjir terutama di kawasan pemukiman di wilayah Pekanbaru saat ini.

“Fungsi drainase yang tidak maksimal disebabkan penyumbatan sampah maupun endapan lumpur dan limbah rumah tangga ditambah tingginya curah hujan, serta kawasan resapan yang semakin tergerus akibat masifnya pembangunan pemukiman warga juga jadi faktor banjir tak dapat dielakkan,” ungkapnya.

Tofografi kawasan pemukiman di sebagian besar wilayah yang umumnya memiliki kemiringan relative datar kurang dari 1-2%, hal ini juga akan jadi pemicu terjadi genangan air serta memerlukan waktu lama untuk dapat dialirkan, karena elevasi saluran belum terencana dengan baik.

Ketika ditanya mengenai langkah mitigasi ataupun pengaturan tata kota yang tepat untuk menanggulangi banjir akibat curah hujan tinggi, Firdaus menambahkan bahwa pemerintah atau pihak terkait harus mulai fokus untuk menerapkan perencanaan sumur resapan dan sistem drainase berkelanjutan.

Sebagai akademisi dan Assesor bidang keairan LSP INTAKINDO (Ikatan Nasional Tenaga Ahli Konsultan Indonesia), ia juga mengharapkan pihak swasta sebagai pengembang lahan dan pemukiman memperhatikan dengan teliti dampak lingkungan yang terjadi dari aktifitas pembangunannya.

Selanjutnya, Firdaus mengisyaratkan penggunaan sumur resapan bagi kawasan pemukiman yang lahan terbukanya kecil ataupun tidak tersedia. Sumur resapan dipilih sebagai jalan keluar agar limpasan permukaan dapat dialirkan kembali kedalam tanah.

“Tetapi yang tidak kalah penting dari semua langkah – langkah ini adalah kesadaran dari masyarakat kita sendiri seperti pembuangan limbah cari rumah tangga yang tidak lagi di alirkan ke drainase lingkungan, budayakan pengelolaan sampah, memilah kumpul dan tidak membuat sampah sembarangan agar dapat mengembalikan drainase kembali ke fungsinya,” tutupnya

Sistem drainase berkelanjutan ialah sistem pengairan yang tetap memperhatikan kelestarian lingkungan dengan mempertimbangkan teknik Low Impact Development (LID) atau mengacu konsep Water Sensitive Urban Design (WSUD) seperti penerapan sumur biofori, underdrain box storage, eco drain, dan kolam – kolam retensi. (kh/hms)

Sumber Foto : jurnalpekan.com

Sumber Gambar : dlhkotasemarang.go.id / sda.pu.go.id

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

Related Posts

Jl. Kaharuddin Nasution 113,
Pekanbaru 28284
Riau - Indonesia

FOLLOW UIR

Copyright © Universitas Islam Riau. Developed by SIMFOKOM

Copyright © Universitas Islam Riau. Developed by SIMFOKOM

Copyright © Universitas Islam Riau. Developed by SIMFOKOM

Skip to content