Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) diperingati di Indonesia setiap tanggal 2 Mei. Asal muasal adanya sebuah momentum memperingati perjuangan pendidikan tersebut tidak lepas dari sosok dan peran Ki Hajar Dewantara, beliau merupakan tokoh pelopor pendidikan di Indonesia pada era penjajahan Belanda.
Sehingga tanggal kelahirannya pada 2 Mei 1989 dijadikan sebagai Hari Pendidikan Nasional Indonesia atas jasa serta sumbangsih atas keberanian dalam menentang berbagai kebijakan pemerintahan Hindia Belanda yang mendiskriminasi putra – putri pribumi untuk mengenyam pendidikan.
Dibalik setiap peringatan sebuah momentum, tentu ada nilai-nilai yang dapat dimaknai sehingga menjadi tolak ukur bagi perkembangan suatu peningkatan. Tidak terkecuali dalam bidang pendidikan di Indonesia.
Salah satu Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Islam Riau Arif Yanda Putra, S.Si., M.Si. diwawancarai dalam sebuah kesempatan mengatakan dengan peringatan HARDIKNAS dapat dijadikan sebagai ajang semangat dalam menciptakan proses belajar dan pembelajaran yang berkualitas terutama di era revolusi industri 5.0 dan serba digital.
“Semoga dengan peringatan Hardiknas di tahun ini dapat dijadikan sebagai ajang untuk meningkatkan kembali semangat dalam meningkatkan proses belajar dan pembelajaran yang berkualitas, sehingga Sumber Daya Manusia seperti Guru maupun pendidik yang memiliki dedikasi tinggi dalam setiap prosesnya,” ujarnya.
Dosen muda yang mengajar pada Prodi Pendidikan Kimia FKIP dan juga aktif di luar menjadi motivator public speaking tersebut juga menambahkan terlebih dalam arus globalisasi yang tidak bisa dielakkan maka akan semakin besar tantangan yang dihadapi oleh para pendidik di Indonesia untuk bisa bersaing terutama dalam bidang digitalisasi pendidikan.
Selanjutnya, kembali Arif mengungkapkan harapan serta motivasinya kepada para Guru dan pendidik untuk terus bersemangat dalam mewujudkan cita-cita mencerdaskan anak-anak Indonesia.
“Untuk semua pendidik apapun yang kita lakukan jangan pernah mengeluh karena pekerjaan kita tidak hanya mengajar tetapi juga mendidik sehingga menghasilkan seorang calon guru yang berkualitas memiliki etika dan sopan santun, yakinlah dalam setiap langkah kita untuk mengajar sudah dicatat sebagai ladang pahala oleh Allah SWT,” ungkapnya.
Dilansir dari website damarinfo.com, dewasa ini banyak tantangan yang kerap dihadapi oleh unsur paling hulu yaitu Guru dan Dosen hingga hilir yaitu pemerintah dalam pemanfaatan teknologi digitalisasi yang menjadi tantangan dalam dunia pendidikan saat ini diantaranya :
keterbatasan akses internet di beberapa daerah terpencil, penguasaan teknologi yang masih belum awam terjamah oleh masyarakat, kurangnya pengalaman penggunaan teknologi, serta kurangnya interaksi sosial yang membuat siswa kurang interaksi di era digital bisa membuat siswa kurang berinteraksi secara langsung yang dapat mengganggu kemampuan sosial dan keterampilan interpersonal siswa.(kh/hms)