Bagi generasi milenial, tanggal 14 Februari adalah momen yang ditunggu-tunggu karena tanggal tersebut populer dengan perayaan “Valentine Day”. Valentine Day merupakan moment special yang digunakan kaum milenial sebagai media ungkapan perasaan kasih sayang kepada pasangan
Umumnya hari valentine biasa disebut oleh kalangan anak muda sebagai hari kasih sayang yang dirayakan dengan orang-orang tercinta, menghabiskan waktu bersama, dan bertukar hadiah ataupun mengirimkan kartu ucapan bernadakan ungkapan kasih sayang.
Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Riau Dr. Zulkarnaini Umar, S.Ag., S.H., M.I.S menjelaskan bahwa secara historis valentine day berasal dari upacara ritual agama Romawi kuno Paus Galasius 1 pada tahun 496 M yang memasukkan upacara ritual Romawi kuno ke dalam agama Nasrani, sehingga sejak itu secara resmi agama Nasrani memiliki hari raya baru yang bernama Valentine Day.
“Valentine’s Day, also called Saint Valentine’s Day or the Feast of Saint Valentine, is celebrated annually on February 14. It originated as a Christian feast day honoring a martyr named Valentine. Through later folk traditions, it has become a significant cultural and commercial celebration of romance and love in many regions of the world”, sebut Zulkarnain.
Valentine day berasal dari tradisi Kristen barat, namun sekarang momentum ini dirayakan di hampir semua negara tak terkecuali negeri Islam besar seperti Indonesia. Ironisnya generasi muslim milenial sudah terjangkit virus perayaan valentine day.
Valentine day atau hari kasih sayang syarat dengan muatan religius bahkan bagi orang-orang Islam yang ikut-ikutan merayakannya hukumnya adalah haram karena bisa membawa kemusrikan. Jika tetap merayakan valentine day berarti juga ikut mengakui Yesus sebagai Tuhan.
Dr. Zulkarnaini Umar saat mengisi khutbah pada Jumat, (10/02/2023) di Masjid Munawwarah UIR mengatakan dengan praktik dalam valantine day ini akan menimbulkan kekhawatiran yaitu munculnya akhlak tasyabbuh yaitu akhlak meniru orang lain tanpa mengetahui dan mempertimbangkan sebab dilakukannya valentine day dengan meniru berkasih sayang yang buruk akan membuat ketinggian kasih sayang Islam akan pudar dan secara perlahan akan sirna. untuk Rasulullah SAW memagari umatnya dengan sebuah hadis :
عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ )رواه أبو داود
Artinya: Dari Ibn Umar berkata : Rasulullah saw bersabda : “barangsiapa yang berusaha sekuat tenaga menyerupai suatu kaum maka ia termasuk diantara mereka”. (H.R. Abu Daud).
Selanjutnya, dengan meniru orang lain menunjukkan ketidakberdayaan umat Islam kebudayaan umat Islam yang pada gilirannya akan meninggalkan ciri ketinggian nilai-nilai Islam Valentine day secara tidak langsung memberikan keuntungan kepada pihak-pihak kapitalis dan menjadikan umat Islam sebagai konsumen saja, mereka membuat memproduksi barang kepentingan perayaan sementara yang membelinya adalah umat islam.
Menurut fatwa MUI (Majelis Ulama Indonesia) Nomor 3 Tahun 2017 memperingatkan umat Islam bahwa merayakan hari valentine setiap tanggal 14 Februari hukumnya haram karena hari valentine bukan termasuk dalam tradisi Islam, hari valentine dikhawatirkan menjerumuskan pemuda Islam atau muslim kepada pergaulan bebas seperti berhubungan intim atau seks sebelum menikah, hari valentine berpotensi membawa kepada keburukan, bukan hanya memberikan ucapan, tukar hadiah bahkan terjadi kencan dan berakhir perzinaan.
Nahdlatul Ulama (NU) menyatakan bahwa hari valentine dapat diartikan sebagai hari kasih sayang sesama umat. Jika harus dihukumi Maka hari valentine hanyalah sebuah bungkus karena isinya tergantung dari bagaimana kaum muda menyikapi dan merayakannya. Muhammadiyah menganggap bahwa perayaan hari valentine day tidak sepatutnya dirayakan oleh umat Islam karena meniru ajaran agama lain. Muhammadiyah menyarankan kepada kaum muda-mudi terutama organisasi remaja untuk lebih kreatif, supaya bisa mengadakan kegiatan yang lebih positif daripada merayakan hari valentine.(sm/hms)
Source Picture : Surya.co.id